Kalah Telak, 1000 Karangan Bunga, Pilkada Paling Aneh - Berita terkini

Recent Posts

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Wednesday, April 26, 2017

Kalah Telak, 1000 Karangan Bunga, Pilkada Paling Aneh




Seumur-umur saya baru melihat sebuah Pilkada yang menurut saya paling aneh dan janggal. Sampai sekarang saya belum menemukan titik temu dan nalar logis mengapa keanehan-keanehan itu terjadi. Bukannya saya belum bisa move on dari kekalahan Ahok, tapi saya menduga seperti ada yang salah dalam Pilkada DKI ini.

Menurut lembaga survey, Ahok-Djarot kalah telak dari Anies-Sandi dengan selisih sampai 16-18 %. Sebuah hasil yang cukup mengejutkan siapa saja. Mayoritas baik dari pendukung Anies, maupun pendukung Ahok memprediksi selisih antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi sangat tipis karena melihat tensi yang begitu tinggi. Mereka juga sama-sama punya massa dengan jumlah yang seimbang. Selisih yang besar cukup mengejutkan siapa saja.

Lembaga survey pun baru kali ini mengalami tingkat kesalahan yang cukup besar. Di pilkada ataupun Pilpres sebelumnya, prediksi lembaga survey memiliki tingkat kesalahan yang kecil. Hasil yang dihasilkan lembaga survey mendekati hasil asli dari KPU. Nah, baru kali ini saya melihat tak ada satu lembaga survey pun yang memprediksi dengan tingkat kesalahan yang kecil. Fakta ini tentu cukup mengagetkan banyak pihak.

Normalnya, ketika Ahok-Djarot kalah telak di Pilkada, itu menunjukkan Ahok-Djarot sudah tidak diinginkan lagi oleh warga Jakarta. Warga Jakarta sudah muak dengan kinerja Ahok-Djarot. Mereka ingin gubernur yang baru. logika normal saya pasti akan mengatakan itu. Jika kalahnya tidak telak masih wajar, tapi ini kalah telak.

Namun apa yang terjadi, Warga Jakarta justru bersedih dan tidak mau Ahok-Djarot lengser dari jabatannya sebagai gubernur. Tidak tanggung-tanggung, sekitar seribu karangan bunga kiriman warga menghiasi balai kota. Peristiwa ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Pejabat yang kalah di Pilkada logikanya tidak lagi diinginkan warga. Boro-boro mendapat kiriman bunga, warga justru ingin secepatnya pejabat tadi keluar dari balai kota.

Keanehan-keanehan ini yang sampai sekarang membuat saya gelisah. Saya belum menemukan titik temu dan keanehan-kenahen tersebut. Ada apa ini sebenarnya?

Bagi yang suka teori konspirasi termasuk saya, kemungkinan besar akan menduga bahwa kekalahan Ahok adalah konsiprasi besar. Pilkada seperti berjalan tidak secara semestinya dan seperti sudah diatur sedemikian rupa agar Ahok kalah telak.

Entah siapa aktor dibalik kekalahan telak Ahok-Djarot. Saya yakin dia bukan orang sembarangan dan pasti memiliki pengaruh dan kekuatan. Asumsi saya mengatakan jika kekalahan Ahok adalah konspirasi, maka aktor dibalik konspirasi tersebut bisa dari lawan maupun kawan dengan kepentingan yang berbeda-beda.

Dari kubu lawan ada sosok Prabowo yang cukup memiliki pengaruh. Saya yakin bukan perkara yang sulit bagi Prabowo untuk melakukan konspirasi besar sesuai keinginannya. Prabowo terkenal jitu ketika mengusung Paslon. Saat Pilkada DKI tahun 2012, Prabowo lah aktor dibalik kesuksesan Jokowi-Ahok memenangkan Pilkada. Di pilkada 2017, Prabowo juga yang menjadi aktor dibalik kesuksesan Anies-Sandi. Meskipun, Prabowo lebih terbukti ketiak mengusung orang lain, sedangkan ketika mengusung diri sendiri, justru Prabowo justru belum terbukti ampuh.

Jika memang benar Prabowo aktor dibalik kekalahan telak Ahok, saya belum bisa mencerna cara apa yang dia gunakan. Cara-cara yang kasat mata memang jelas terlihat seperti isu penistaan agama. Namun, cara-cara senyap yang tak terlihat yang bisa jadi justru memiliki peran terbesar dalam kelakahan Ahok. Dan kepentingan Prabowo tidak lain adalah Pilres 2019. Jika Anies-Sandi menang, maka dirinya akan semakin percaya diri di Pilpres 2019.

Dari kubu kawan, Jokowi sebagai kader PDI P mau tidak mau memang seperti condong ke Ahok. Bukan mustahil jika kekalahan Ahok memang sudah didesain sedemikian rupa oleh Jokowi. Saya yakin Jokowi memiliki informasi-informasi penting yang tidak diketahui oleh publik dari intelijen. Saya menduga kekalahan Ahok adalah strategi Jokowi untuk menghdapai hantaman-hantaman yang datang kepadanya.

Isu pensitaan agama yang dilakukan oleh Ahok seperti hanya pintu masuk untuk sasaran yang lebih besar yaitu Jokowi. Jangan heran ketika Ahok yang dituduh menista agama, namun mereka melakukan tuntutan ke Jokowi. Jokowi difitnah melindungi Ahok dari jeratan hukum. Padahal Jokowi sudah lepas tangan dari kasus hukum Ahok. Namun, mereka terus mengaitkan dan menyeret nama Jokowi.

Siapa pun akan yakin, Jika Ahok menang di Pilkada, maka akan kembali muncul aksi demo yang kemungkinan lebih besar dari sebelumnya. Mereka akan menuntut Jokowi karena dianggap telah memihak ke Ahok. Sinyal seperti itu sudah bisa terlihat dari ceramah Rizieq di Masjid Sunan Ampel Surabaya serta pernyataan Prabowo bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkan Anies.

Kekalahan Ahok seperti pilihan terbaik Jokowi untuk meredam bahaya yang lebih besar. Toh, kekalahan Ahok bukan akhir dari segalanya. Jokowi yakin dengan kemampuannya, Ahok bisa kembali menuduki jabatan prestis di Indonesia. Namun, untuk saat ini, kemanana dan keutuhan NKRI yang jauh lebih penting.


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad