Menyedihkan, Facebook Penulis Tulisan Viral “Tuhan Kok Beranak” Kena Blok - Berita terkini

Recent Posts

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Friday, December 30, 2016

Menyedihkan, Facebook Penulis Tulisan Viral “Tuhan Kok Beranak” Kena Blok




Aisha Nurramdhani, penulis artikel Tuhan Kok Beranak yang menjadi viral di sosmed tiba-tiba menghilang di Facebook. Tulisan mbak Aisha sangat inspiratif dan seimbang. Menurut saya, tulisan mbak Aisha dalam menerangkan apa yang secara teologis disebut seorang pemikir Kristen bernama Benjamin B, Wharfield, concurcuss dengan sangat brilian.

Hubungan divine-human yang ada dalam diri Yesus sebagai pribadi Tuhan berinkarnasi, maupun Yesus sebagai Firman Tuhan (kammatulah) diterangkan dengan sangat teliti dan eloquent oleh mbak Aisha yang mengaku sebagai Muslimah NU dalam artikelnya.

Tidak sedikit forward artikel ini ke WA, dan FB dari berbagai macam online blog yang mampir di timeline saya. Dan setelah saya teliti memang ketajaman eksegesis analisis mbak Aisha ini diatas rata-rata dalam menuliskan artikelnya. Dia dapat membahasakan kebenaran yang dia percaya ke dalam kebeneran universal, sekaligus mencari common ground dalam kebenaran universal yang ada dalam kekristenan. Keren.


Sebab itu seharusnya tulisan itu bisa diterima dan disikapi baik Kristen dan Islam dengan baik, dan menjadi pemicu dialog konstruktif dalam membangun toleransi bangsa yang sedang digoyang saat-saat ini.

Ketertarikan saya, membuat saya coba cari ke sumber aslinya, dan menemukan mbak Aisha di facebook dengan alamat : https://www.facebook.com/Aisha.nurramdhani

Saya pun segera berkenalan dengan dia, terus terang saya jadi ingin mengundang dia ke Solo untuk menjadi narasumber dalam suatu dialog agama dan kebangsaan yang sedang saya usahakan. Tapi, seorang teman tiba-tiba WA saya dan mengatakan, “Kesimpulan : sebuah “kebenaran” ternyata menimbulkan ketakutan bagi mereka yang tidak mau menerimanya”

Ternyata maksud dia adalah facebook mbak Aisha sudah diblok oleh Facebook. Saya kemudian langsung cek ke TKP, dan cukup terkejut juga ternyata memang sudah tidak bisa diakses. Mbak Aisha baru sempat approve facebook saya, tapi belum sempat menjawab sapaan saya di messenger.

Bagi yang aktif di medsos khususnya facebook akan paham bahwa memang ada perang melaporkan ke admin Facebook untuk memblok sebuah akun. Sangat kekanak-kanakan tapi realitas itu yang sudah terjadi di lapangan. Mengapa pihak-pihak ini begitu takut dengan tulisan Mbak Aisha?

***

Truth hurts. Kebenaran itu menyakitkan. Menyakitkan bagi yang tidak benar, bukan bagi yang menghidupi kebenaran itu. Tulisan Mbak Aisha ini ternyata menyakitkan bagi pihak-pihak tertentu. Sehingga, mereka dengan repot-repot mengerahkan cyber army untuk memblok facebook ibu muda ini.


Budaya dialog ternyata tidak lagi menjadi budaya yang disukai kelompok-kelompok ini. Tujuan mereka sudah pasti, ganyang semua yang menghalangi. Tak segan-segan mereka khusus mengerahkan pasukan maya untuk mengeroyok seorang wanita, seorang ibu muda lagi.

Budaya malu ternyata sudah tidak ada lagi. Seharusnya tulisan dibalas dengan tulisan sehingga masyarakat bisa mengerti yang sebenarnya. Kalau orang Solo yang tanya, dia akan tanya seperti ini, “sakjane karepmu opo to?” artinya sebenarnya apa yang menjadi niatmu yang sebenarnya.


Budaya otokritik intropekstif yang dilakukan Mbak Aisha adalah budaya yang sangat bagus dikembangkan dinegara bhinneka ini.

Terutama dengan maraknya politisisasi agama, seharusnya semakin banyak dari pihak “internal” agama yang bersangkutan yang terus menyuarakan kebenaran. Karena apabila tidak, pihak agama bersebrangan hanya akan dijadikan obyek bully.

Mungkin pihak facebook akan menghidupkan akun Mbak Aisha lagi, tapi intinya bukan itu. Pesan yang disampaikan jelas-jelas menampar kebhinekaan kita. Ketika tulisan berisi hujatan dan nyinyir dibiarkan hidup bahkan di-spamming-kan, tulisan yang mencerahkan justru membuat repot sang penulis.

Netizen yang waras harus menjalin kekuatan dan menjadi relawan-relawan yang siap menuliskan, dan menyebarkan kebenaran-kebenaran, bahkan harus berperan aktif dalam melawan hoax, dan juga oknum-oknum lebay yang suka menyerang di medsos.

Tulisan kita bisa menjadi bambu runcing untuk melawan penjahat-penjahat media sosial. Dengan semangat kebersamaan itu, semoga lahir Mbak Aisha-Mbak Aisha yang lain yang tidak takut menyuarakan kebenaran yang dipercaya tanpa menyakiti pihak lain yang berbeda keyakinan.

Tuliskan kebenaran, hasilkan perubahan!

Pendekar Solo




No comments:

Post a Comment

Post Top Ad